Senin, 17 September 2018

#2 TEORI EKONOMI BIAYA TRANSAKSI



Definisi dan Makna Biaya Transaksi
Biaya transaksi merupakan biaya untuk melakukan proses negosiasi, pengukuran, dan memaksaan pertukaran (exchange).
Secara spesifik, biaya transaksi pasar (market transaction cost) dikelompokkan menjadi:
a.    Biaya menyiapkan kontrak (biaya penncarian/searching dan informasi);
b.    Biaya mengeksekusi kontrak/concluding contracts (biaya negosiasi dan pengambilan keputusan);
c.    Biaya pengawasan (monitoring) dan pemaksaan kewajiban yang tertuang dalam kontrak (enforcing the contractual obligations).
Menurut waktu terjadinya, biaya transaksi dapat dibedakan menjadi biaya transaksi sebelum kontrak (ex-ante) dan setelah kontrak (ex-post). Biaya transaksi ex-ante merupakan biaya membuat draf, negosiasi, dan mengamankan kesepakatan. Sedangkan biaya transaksi ex-post meliputi:
a.    Biaya kegagalan adaptasi (maladaption) ketika transaksi menyimpang dari kesepakatan yang telah dipersyaratkan;
b.    Biaya negosiasi/tawar-menawar (haggling costs) yang terjadi jika upaya bilateral dilakukan untuk mengoreksi penyimpangan setelah kontrak (ex-post);
c.    Biaya untuk merancang dan menjalankan kegiatan yang berhubungan dengan struktur tata kelola pemerintahan (tidak selalu pengadilan) apabila terjadi sengketa;
d.    Biaya pengikatan agar komitmen yang telah dilakukan bisa dijamin.
Rasionalitas Terbatas dan Perilaku Oportunitas
Menurut Williamson terdapat dua asumsi perilaku dalam analisis biaya transaksi yaitu:
a.    Rasionalitas terbatas (bounded rationality) yaitu tingkat dan batas kesanggupan individu untuk menerima, menyimpan, mencari kembali, dan memproses informasi tanpa kesalahan; dan
b.    Perilaku oportunis (opportunistic) yaitu upaya untuk mendapatkan keuntungan melalui praktik yang tidak jujur dalam kegiatan transaksi.
Dua asumsi diatas sebagai wujud agar menghindari kerugian (adverse selection), penyimpangan moral (moral hazard), penipuan, melalaikan kewajiban, dan bentuk-bentuk strategis lain untuk menjelaskan pilihan sistem kontrak dan struktur kepemilikan perusahaan.
Agar pertukaran atau perdagangan bisa terjadi dengan biaya transaksi yang murah, Poulton berpendapat bahwa pelaku ekonomi harus mengeluarkan sumber daya dalam tiga wilayah yang tergolong kegiatan kontrak, yaitu:
a.    Mengukur atribut yang bisa dinilai sehingga proses pertukaran/transaksi terjadi;
b.    Melindungi hak-hak terhadap barang dan jasa yang telah dipertukarkan;
c.    Meregulasi dan menegakkan kesepakatan.
Biaya Transaksi dan Efisiensi Ekonomi
Tantangan pembangunan ekonomi adalah untuk mengurangi biaya transaksi pada saat melakukakan perdagangan yang semakin kompleks melalui penyediaan informasi, melindungi hak kepemilikan, dan menyiapkan mekanisme yang efektif untuk menegakkan kesepakatan.
Penyimpangan yang dapat mempengaruhi besaran biaya transaksi, antara lain:
a.    Penyimpangan atas lemahnya jaminan hak kepemilikan;
b.    Penyimpangan pengukuran atas tugas yang kompleks (multiple-task) dan prinsip yang beragam (multiple-principal);
c.    Penyimpangan intertemporal (kontrak yang timpang, responsivitas waktu yang nyata, ketersembunyian informasi yang panjang, penyalahgunaan strategis);
d.    Penyimpangan akibat lemahnya kebijakan kelembagaan (institutional environment);
e.    Kelemahan integritas (probity).
Menurut Williamson, terdapat tiga sifat utama dari transaksi, yaitu:
a.    Derajata ketidakpastian inklusif dalam setiap transaksi;
b.    Frekuensi transaksi;
c.    Sejauh mana suatu aspek melibatkan satu atau dua pihak yang melakukan kontrak dalam investasi aset-aset spesifik (asset specificity).
Determinan dan Variabel Biaya Transaksi
Menurut Beckman, terdapat empat determinan penting dari biaya transaksi sebagai unit analisis, meliputi:
a.    Atribut perilaku yang melekat pada setiap pelaku ekonomi (behavioral attributes of actors), yaitu rasionalitas terbatas/terikat (bounded rationality) dan oportunisme (opportunism);
b.    Sifat yang berkenaan dengan atribut dari transaksi (attributes of the transaction), yaitu spesifisitas aset (asset specificity), ketidakpastian (uncertainty), dan frekuensi (frequency);
c.    Hal-hal yang berkaitan dengan struktur tata kelola kegiatan ekonomi (governance structure), yaitu pasar (market), hybrid, hierarki (hierarchy), dan pengadilan (courts), regulasi (regulations), birokrasi publik (public bureaucracy);
d.    Faktor yang berdekatan dengan aspek lingkungan kelembagaan (institutional environment), yaitu hukum kepemilikan, kontra, dan budaya.
Dalam konteks variabel biaya transaksi pada level perusahaan, Strassmann mengklasifikan biaya transaksi dalam variabel-veriabel berikut:
a.    Organisasi tenaga kerja dan pengguna (organization of employees and users);
b.    Mengelola informasi (information processing);
c.    Koordinasi pemasok, biaya-biaya akuisisi (coordination of suppliers, costs of acquistion);
d.    Memotivasi pelanggan (motivation customers);
e.    Mengelola distributor (managing distributors);
f.     Memuaskan pemegang saham dan peminjam (satisfying shareholders and lenders);
g.    Fee, komisi, cukai, dan pajak (fees, commissions, tolls, and taxes);
h.    Penelitian dan pengembangan (research and development);
i.      Biaya-biaya penjualan, umum, dan administratif (sales, general, and administrative costs);
j.      Laporan neraca keuangan yang telah diaudit (reported in audited financial statements).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#KUIS

Kesan dan Pemikiran dalam Ekonomi Kelembagaan Terkait dengan Cara Berpikir dalam Melihat Permasalahan Ekonomi Ekonomi kelembagaan meru...