Senin, 03 September 2018

#1 Paradigma Ekonomi Kelembagaan




Teori ekonomi kelembagaan merupakan teori yang menggunakan pendekatan multidisipliner untuk mengkaji fenomena ekonomi, yakni dengan memasukkan aspek sosial, hukum, politik, budaya, dan yang lain sebagai satu kesatuan analisis.

Perilaku Teknologis dan Ideologis

Analisis ilmu ekonomi dibagi dalam empat cakupan berikut (Miller, 1988:50-51):
a.    Alokasi sumber daya (resource allocation);
b.    Tingkat pertumbuhan kesempatan kerja, pendapatan, produksi, dan harga (levels of growth employment, income, production, and prices);
c.    Distribusi pendapatan (income distribution);
d.    Struktur kekuasaan (the structure of power).

Pendekatan klasik/neoklasik dominan menggunakan tiga instrumen pertama sedangkan pendekatan kelembagaan lebih dominan menggunakan instrumen keempat. Hal tersebut dikarenakan ahli kelembagaan (institutionalists) berfokus kepada evolusi struktur kekuasaan dan aturan main, proses penciptaan dan penyelesaian konflik dimana aktivitas ekonomi itu terjadi sedangkan ahli ekonomi klasik mendeskripsikan kasus khusus pertukaran (exchange) dalam sebuah dunia yang telah dirumuskan karakteristik asumsinya.

Menurut Veblen, kelembagaan adalah kumpulan norma dan kondisi-kondisi ideal yang direproduksi secara kurang sempurna melalui kebiasaan pada masing-masing generasi individu berikutnya yang berperan sebagai stimulus dan petunjuk terhadap perilaku individu.

Ahli kelembagaan berusaha membuat model-model pola/pattern models yaitu model yang menjelaskan perilaku manusia (human behavior) dalam konteks kelembagaan dan budaya, sementara ahli neoklasik berusaha menyusun model-model prediktif yaitu model yang menjelaskan perilaku manusia dengan asumsi-asumsi dan menarik kesimpulan implikasi (prediksi) dari asumsi tersebut dimana prediksi merupakan pengambilan keputusan secara logis dari postulat atau asumsi mendasar yang telah dibuat.

Ide inti dari paham kelembagaan (intitutionalism) adalah mengenai kelembagaan (institutions), kebiasaan (habits), aturan (rules), dan perkembangannya (evolution). Pendekatan ahli kelembagaan bergerak dari ide-ide umum mengenai perilaku manusia (human agency), kelembagaan, dan perkembangan sifat dari proses ekonomi menuju ide-ide dan teori-teori khusus, yang berkaitan dengan kelembagaan ekonomi yang spesifik atau tipe ekonomi (Hodgson, 1998:168)

Pusat kepentingan dari kelembagaan adalah eksistensi dari penyimpangan kekuasaan dan hak khusus (privilege) daripada anggapan tentang perilaku individu yang atomistik (atomistic individual) [Miller, 1988:51].

Aliran Veblen (Veblenian) membedakan antara perilaku teknologis dan kelembagaan sebagai titik awal untuk menerangkan kontribusi teoritis dari aliran kelembagaan. Perbedaan antara teknologi dan kelembagaan adalah antara kecenderungan kreatif seseorang, pada satu sisi, dan pada sisi lain kecondongan yang ganas dan eksploitatif pada diri individu (Miller, 1988:51).

Menurut Dugger (1988:88) aliran perilaku (behaviorism) mendasarkan pada akar tindakan manusia di dalam struktur kelembagaan ketimbang keinginan individual yang banyak dianggap tidak asli atau tidak bisa dipercaya karena sifat subyektif dan introspektifnya.

Realitas dan Evolusi

Robert Heilbroner menyatakan bahwa bentuk data ekonomi tertentu adalah tidak stabil. Dia mengklasifikasikan data ekonomi ke dalam dua kategori yang berbeda. Pertama, data yang berhubungan dengan ‘the physical nature of the production process’, sedangkan yang kedua, data yang berhubungan dengan ‘the behavioral response to economic stimuli’.

Menurut Willber dan Harrison (1988:105), tingkatan analisis ekonomi kelembagaan dapat ditandai dengan adanya cara pandang yang holistik, sistematis, dan evolusioner. Realitas sosial  dianggap sebagai proses perubahan yang inheren dalam kelembagaan sosial, yang kemudian disebut sebagai sistem ekonomi.

Proses perubahan merupakan produk dari tindakan manusia, tetapi tindakan yang dibentuk dan terbatas oleh masyarakat tersebut hanya terjadi dalam konteks dimana tindakan itu berlangsung. Oleh karena itu, aliran kelembagaan (institutionalism) bersifat holistik (menyeluruh) karena memfokuskan pada pola hubungan diantara bagian-bagian keseluruhan.

Pada level motivasi, ekonomi kelembagaan mengenal pentingnya perilaku manusia ‘nonrasional’ (norational human behavior) dalam pembuatan keputusan ekonomi. Perilaku haus kepada kekuasaan dan petualangan, rasa kemerdekaan, sifat mementingkan orang lain, keinginan tahu, adat dan kebiasaan semuanya bisa menjadi motivasi yang kuat dari perilaku ekonomi individual.

Oleh sebab itu, pendekatan ekonomi kelembagaan mengembangkan sebuah pandangan baru, yang meyakini bahwa individu atau kelompok bergerak tidak hanya dengan motif tunggal: laba (ekonomi). Sebaliknya, individu/kelompok merupakan entitas yang memiliki multiekspektasi untuk mengambil keputusan.

Menurut Rutherford (1994:52), tindakan individu/kelompok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu rasionalitas dan norma (nonrational). Dalam pendekatan NIE, aturan-aturan (rules) yang dibuat diharapkan dapat memandu individu untuk bertindak secara rasional. Namun, sebaliknya, bisa pula aturan-aturan tersebut mengikuti tindakan-tindakan ‘rasional’ yang dilakukan individu.

Ahli kelembagaan telah menemukan konsep yang menyeluruh untuk mempertimbangkan kekuasaan, konfllik, distribusi, hubungan sosial, kelembagaan dan proses nonpasar, dan lainnya.

Menurut Willber dan Harrison (1988:117-118) terdapat beberapa keterbatasan menyangkut pendekatan holisme. Pertama, karena kurangnya ketepatan (lack of precision), penggunaan konsep holistis harus dimonitor secara terus-menerus dengan referensi dari observasi, kasus-kasus, dan contoh-contoh. Kedua, bahwa ketidaktepatan dan generalisasi konseo holistis menyebabkan verifikasi definitif hipotesis tidak mungkin dilakukan.

Metode Kualitatif: Partikularitas dan Subyektivitas

Pendekatan kuantitatif percaya bahwa fenomena sosial itu berlaku secara universal baik peneliti maupun obyek penelitian tidak dibebani dengan ‘nilai-nilai’ dan setiap tindakan individu merupakan turunan dari perilaku kumpulan individu.

Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif secara tradisional sering dibedakan menurut epistemologinya. Jika metode kualitatif bersandar pada pendekatan interpretif, maka metode kuantitatif bertopang pada pendekatan positivistik (Meetoo dan Temple, 2003:5). Apabila metode interpretif dikaitkan dengan pelaku penelitian maka fokusnya adalah persoalan subyektivitas. Namun, jika pendekatan interpretif dihubungkan dengan objek penelitian maka fokusnya adalah masalah partikularitas. Partikularitas disini bisa dimaknai sebagai heterogenitas karakteristik sosial dalam masyarakat.

Nonprediktif: Nilai Guna dan Liabilitas Data

Fokus dari metode kualitatif bukan untuk meramal sesuatu, tetapi menjelaskan secara utuh proses dibalik fenomena tersebut. Sedangkan konsentrasi metode penelitian kuantitatif adalah memprediksi dengan dasar hitungan dan pengukuran yang telah dilakukan.

Pendekatan ekonomi kelembagaan memberikan jalan keluar bagaimana cara memahami sebuah proses sosial yang kompleks, sedangkan penelitian kualitatif menyediakan metode untuk mengorek secara mendalam sebab-akibat dari proses sosial tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#KUIS

Kesan dan Pemikiran dalam Ekonomi Kelembagaan Terkait dengan Cara Berpikir dalam Melihat Permasalahan Ekonomi Ekonomi kelembagaan meru...