A. Pendekatan Statis: Spesialisasi
Model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar dan Solow berfokus
pada faktor-faktor produksi, yaitu stok modal (capital stock) dan tenaga kerja (labor force). Pada level makro, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh
tiga variabel, yaitu tabungan (saving),
investasi (invesment), dan peduduk (population).
Pertumbuhan ekonomi berbasis faktor produksi sukses
membangun ekonomi di negara-negara kapitalis. Sejak awal, negara kapitalis mengakumulasikan
stok modal (dalam bentuk tabungan) sehingga memudahkan proses penciptaan dari
proses produksi. Sebaliknya, di negara berkembang, akibat kelangkaan tabungan
proses investasi berjalan sangat lambat. Tingkat tabungan dan keinginan
investasi terdapat jurang yang sangat lebar (saving invesment gap). Untuk mengatasinya terdapat dua cara yaitu
mengundang investor asing, baik langsung maupun portofolio, atau meminta
bantuan/utang luar negeri (debt).
Dalam ekonomi kelembagaan, pertumbuhan ekonomi
tidak harus bertumpu pada investasi. Pertumbuhan ekonomi tanpa adanya perubahan
(peningkatan) teknologi disebut pertumbuhan statis. Secara ringkas hal tersebut
akan dijelaskan pada kurva berikut:
Jika sebuah negara hanya menghasilkan dua barang, yaitu X dan Y, maka kuva
lengkung menggambarkan kombinasi maksimal produksi dengan sumber daya yang
tersedia. Jika perekonomian berada di dalam kurva lengkung (A) maka untuk mengatasi ketidak efisiensian dengan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan cara menaikkan derajat
spesialisasi dan pembagian tenaga kerja (division
of labor)
Secara garis besar, bagan berikut menggambarkan bagaimana spesialisasi akan menciptakan produktivitas yang lebih baik.
Dengan munculnya landasan pemikiran spesialisasi, menciptakan kelembagaan
yang efisien dapat dilihat dari tinggi/rendahnya biaya transaksi. Terdapat dua
cara mendesain kelembagaan ekonomi guna memunculkan biaya transaksi yang
rendah, yaitu:
·
Membuat regulasi (formal/informal) yang menjamin
kepastian pelaku ekonomi melakukan transaksi atau pertukaran; dan
·
Memperkuat sistem penegakan apabila terjadi masalah dalam
proses transaksi.
Peran kelembagaan
informal (agama, keyakinan, budaya, dan code
of conduct) bisa mendorong efisiensi dan produktivitas kegiatan ekonomi.
Kelembagaan informal yang kuat dan baik (menghargai waktu, disiplin, kerja
keras, dan jujur) akan memengaruhi tingkat produktivitas. Dalam jangka panjang,
kelembagaan informal seperti budaya, bisa diubah melalui penerapan kelembagaan
formal yang ketat.
B. Pendekatan Dinamis: Perubahan Teknologi
Model pertumbuhan ekonomi sebelumnya, merupakan model lama dengan
pengandaian tidak terjadi perubahan teknologi yang memang relevan pada masa
itu. Namun, pada saat ini teknologi tidak lagi dianggap sebagai variabel eksogen,
melainkan variabel inti dari fungsi produksi yang biasa dikenal sebagai “teori
pertumbuhan baru” yang mana inovasi dan perubahan teknologi dianggap sebagai
variabel endogen yang berkembang dinamis.
Model pertumbuhan dinamis mencoba mendesain model pertumbuhan yang bisa
menangkap peran ilmu pengetahuan dan ide-de untuk mempercepat inovasi dan
perubahan teknologi. Diasumsikan perekonomian beroperasi secara efisien, maka
ada dua cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yaitu:
·
Pertumbuhan ekstensif, yaitu meningkatkan jumlah sumber
daya (meningkatkan input), sehingga ouput akan meningkat; dan
·
Pertumbuhan intensif, yaitu meningkatkan produktivitas
sumber daya dengan cara input yang tetap akan dihasilkan output yang lebih
besar.
Gambar berikut merupakan gambaran bahwa dengan input yang
tetap, perekonomian dapat bergerak melewati batas kurva hanya dengan
peningkatan teknologi. Pergerakan ini menyebabkan masyarakat dapat memroduksi
dan mengonsumsi barang/jasa lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
Ada tiga cara bagaimana teknologi bisa ditingkatkan dari
waktu ke waktu, yaitu:
·
Mempercepat dan memperkuat kreativitas
manusia. Masyarakat harus dibiasakan berpikir terbuka untuk berubah dan
berkeinginan melawan kondisi status quo sehingga terbuka bagi penemuan
teknologi baru;
·
Mengupayakan agar pasar modal berfungsi
dengan baik. Mengimplementasikan ide menjadi penemuan baru merupakan proses
yang tidak hanya mahal, tetapi juga berisiko sehingga harus tersedia instrumen
yang mau membiayai bagi proses penemuan teknologi tersebut. Disini pemerintah
dapat membantu dengan cara menciptakan kelembagaan yang memungkinkan pasar
modal berfungsi dengan baik, misalnya melalui deposit insurance dan legislasi pengungkapan informasi; dan
·
Menciptakan lingkungan yang kompetitif
sehingga menekan korporasi untuk secara terus-menerus memperbaiki
produk-produknya atau sanggup mengambil risiko.
Schumpeter dengan konsep creative destructive, memiliki keberanian untuk merusak konsep lama
dan digantikan oleh penciptaan ide atau konsep baru yang bertujuan menangkap
peluang yang dibutuhkan konsumen, metode produksi dan transportasi baru, pasar
baru, dan bentuk baru dari organisasi industrial.
Peran kelembagaan adalah mendesain aturan yang membuat
perusahaan mempunyai insentif untuk melakukan proses “perusak kreatif”, yang
pada akhirnya berimplikasi pada penemuan teknologi baru dan memicu pertumbuhan
ekonomi seperti ditunjukkan pada bagan berikut ini.
Sayangnya, negara berkembang kesadaran meletakkan aspek penelitian dan
pengembangan masih sangat rendah, sehingga pada level perusahaan komitmen untuk
mengerjakan hampir tidak terlihat. Akibat dari hal itu, perekonomian negara
berkembang selalu tergantung kepada negara maju karena kemampuan teknologinya
yang rendah. Jalur inilah yang kemudian mengabadikan proses eksploitasi pasar
negara berkembang oleh negara maju melalui penetrasi ekonomi.
Hal lain yang bisa dilakukan oleh negara berkembang adalah membenahi sektor
pendidikan. Pendidikan merupakan elemen kunci bagi percepatan pengembangan
teknologi. Ada dua aspek yang bisa dilakukan pemerintah pada sektor pendidikan,
yaitu:
·
Memberikan kebebasan akademik yang luas sehingga manusia
yang bekerja di sektor pendidikan memiliki ruang dan keberanian untuk melakukan
eksperimen-eksperimen baru, termasuk penelitian terhadap isu-isu tertentu yang
dianggap sensitif oleh pemerintah; dan
·
Meningkatkan anggaran sektor publik (sektor pendidikan)
sehingga kesempatan penduduk memeroleh akses terhadap pendidikan semakin besar.
Dengan didistribusi akses terhadap pendidikan yang merata, kesempatan penduduk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kian besar sehingga menjadi sumber
penemuan ide atau teknologi baru.
C. Hierarki dan Struktur Kepemilikan Korporasi
Terdapat tiga pendekatan yang berbeda dalam organisasi ekonomi, yaitu teori
hak kepemilikan, teori agensi/desain mekanisme, dan biaya transaksi.
Bagan diatas menjelaskan klasifikasi dari teori organisasi ekonomi yang
secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu, kontraktual dan non-kontraktual. Aliran
kontraktual dibagi menjadi empat
klasifikasi lebih kecil, yaitu tiga sudah dijelaskan diatas ditambah pendekatan
pilihan publik. Sampai sini, pendekatan klasik ditolak karena tiga asumsinya
yang salah, yaitu:
·
Batas-batas perusahaan dianggap given;
·
Hak kepemilikan diasumsikan telah terdefinisikan dengan
baik; dan
·
Pertikaian/pengingkaran kontrak bisa diselesaikan dengan
lancar tanpa biaya melalui pengadilan.
Dalam praktik organisasi ekonomi, Hage dan Finsterbusch mengidentifikasikan
empat model organisasi yang efektif untuk diterapkan, yaitu:
·
Model birokrasi-mekanik, model ini cocok untuk produksi
dengan teknologi sederhana dalam pasar yang besar yang menekankan pada
produktivitas, efisiensi, dan produksi massal dengan modal yang insentif.
·
Model profesional-organik, model ini cocok untuk produksi
dengan teknologi kompleks dalam pasar yang kecil yang menekankan pada inovasi,
kualitas produk, dan jasa yang dibutuhkan.
·
Model kerajinan tradisional, model ini cocok untuk
produksi dengan teknologi sederhana dan pasar yang kecil.
·
Model perpaduan organik-mekanik, model ini cocok untuk
produksi dengan teknologi kompleks dan pasar yang besar yang menekankan pada
efisiensi dan inovasi, kuantitas dan kualitas, serta jasa dari beragam
konsumennn dan produktivitas.
D. Tata Kelola Perusahaan dan Restrukturisasi Korporasi
Tiga faktor dalam tata kelola perusahaan yaitu independensi direksi,
kepemilikan lembaga, dan kehadiran pemegang saham mayoritas. Independensi yang
lebih besar, kepemilikan lembaga yang terbatas, dan pemegang saham yang
tersebar diandaikan sebagai syarat bagi berjalannya tata kelola yang baik.
Isu tata kelola korporasi sendiri muncul dalam organisasi pada dua kondisi,
yaitu ada masalah tentang agensi (pemilik, manajer, pekerja, atau konsumen)
atau biaya transaksi (bila masalah agensi tidak dilakukan melalui kontrak). Di dalam
konteks tata kelola korporasi, salah satu isu penting adalah mekanisme untuk
mengontrol manajemen. Ada beberapa mekanisme untuk mengontrol manajemen dalam
tata kelola korporasi:
·
Model komisaris (the
board of directors model): pemegang saham memilih komisaris bertindak
mewakili kepentingan mereka, dan badan ini sebaliknya memonitor manajemen
puncak dan meratifikasi keputusan penting.
·
Model perjuangan perwakilan (proxy fights model): jika kinerja anggota komisaris cukup buruk
maka pemegang saham dapat menggantinya.
·
Model pemegang saham besar (large shareholders model): pemegang saham kecil memiliki sedikit
insentif untuk memonitor manajemen/meluncurkan model perjuangan perwakilan.
·
Model pengambilan paksa (hostile takeovers model): pengambilalihan paksa pada prinsipnya
merupakan mekanisme yang jauh lebih kuat untuk mendisiplinkan manajemen, karena
model ini memungkinkan seseorang yang berhasil mengidentifikasi kinerja perusahaan
kurang baik akan mendapatkan penghargaan yang besar.
·
Model struktur keuangan (financial structure model): adanya insentif yang diberikan melalui
struktur keuangan korporasi, khusunya pilihan perusahaan dalam melakukan utang.
Bagan dibawah ini menjelaskan dinamika perubahan korporasi:
Intinya, jika kinerja suatu korporasi buruk, maka yang harus dilakukan
adalah mengintensifkan pengawasan. Apabila masih terjadi kesalahan, maka
dilakukan rekontruksi dan mengembangkan strategi baru. Namun jika masih tidak
berhasil juga, maka akan dilakukan transformasi asumsi dan keyakinan sebagai
basis nilai korporasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar