Minggu, 11 November 2018

#10 EKONOMI KELEMBAGAAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI



A.   Pendekatan Statis: Spesialisasi
Model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar dan Solow berfokus pada faktor-faktor produksi, yaitu stok modal (capital stock) dan tenaga kerja (labor force). Pada level makro, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tiga variabel, yaitu tabungan (saving), investasi (invesment), dan peduduk (population).
Pertumbuhan ekonomi berbasis faktor produksi sukses membangun ekonomi di negara-negara kapitalis. Sejak awal, negara kapitalis mengakumulasikan stok modal (dalam bentuk tabungan) sehingga memudahkan proses penciptaan dari proses produksi. Sebaliknya, di negara berkembang, akibat kelangkaan tabungan proses investasi berjalan sangat lambat. Tingkat tabungan dan keinginan investasi terdapat jurang yang sangat lebar (saving invesment gap). Untuk mengatasinya terdapat dua cara yaitu mengundang investor asing, baik langsung maupun portofolio, atau meminta bantuan/utang luar negeri (debt).
Dalam ekonomi kelembagaan, pertumbuhan ekonomi tidak harus bertumpu pada investasi. Pertumbuhan ekonomi tanpa adanya perubahan (peningkatan) teknologi disebut pertumbuhan statis. Secara ringkas hal tersebut akan dijelaskan pada kurva berikut:







Jika sebuah negara hanya menghasilkan dua barang, yaitu X dan Y, maka kuva lengkung menggambarkan kombinasi maksimal produksi dengan sumber daya yang tersedia. Jika perekonomian berada di dalam kurva lengkung (A) maka  untuk mengatasi ketidak efisiensian dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan cara menaikkan derajat spesialisasi dan pembagian tenaga kerja (division of labor)

Secara garis besar, bagan berikut menggambarkan bagaimana spesialisasi akan         menciptakan produktivitas yang lebih baik.
Dengan munculnya landasan pemikiran spesialisasi, menciptakan kelembagaan yang efisien dapat dilihat dari tinggi/rendahnya biaya transaksi. Terdapat dua cara mendesain kelembagaan ekonomi guna memunculkan biaya transaksi yang rendah, yaitu:
·         Membuat regulasi (formal/informal) yang menjamin kepastian pelaku ekonomi melakukan transaksi atau pertukaran; dan
·         Memperkuat sistem penegakan apabila terjadi masalah dalam proses transaksi.
Peran kelembagaan informal (agama, keyakinan, budaya, dan code of conduct) bisa mendorong efisiensi dan produktivitas kegiatan ekonomi. Kelembagaan informal yang kuat dan baik (menghargai waktu, disiplin, kerja keras, dan jujur) akan memengaruhi tingkat produktivitas. Dalam jangka panjang, kelembagaan informal seperti budaya, bisa diubah melalui penerapan kelembagaan formal yang ketat.
B.   Pendekatan Dinamis: Perubahan Teknologi
Model pertumbuhan ekonomi sebelumnya, merupakan model lama dengan pengandaian tidak terjadi perubahan teknologi yang memang relevan pada masa itu. Namun, pada saat ini teknologi tidak lagi dianggap sebagai variabel eksogen, melainkan variabel inti dari fungsi produksi yang biasa dikenal sebagai “teori pertumbuhan baru” yang mana inovasi dan perubahan teknologi dianggap sebagai variabel endogen yang berkembang dinamis.
Model pertumbuhan dinamis mencoba mendesain model pertumbuhan yang bisa menangkap peran ilmu pengetahuan dan ide-de untuk mempercepat inovasi dan perubahan teknologi. Diasumsikan perekonomian beroperasi secara efisien, maka ada dua cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yaitu:
·         Pertumbuhan ekstensif, yaitu meningkatkan jumlah sumber daya (meningkatkan input), sehingga ouput akan meningkat; dan
·         Pertumbuhan intensif, yaitu meningkatkan produktivitas sumber daya dengan cara input yang tetap akan dihasilkan output yang lebih besar.


Gambar berikut merupakan gambaran bahwa dengan input yang tetap, perekonomian dapat bergerak melewati batas kurva hanya dengan peningkatan teknologi. Pergerakan ini menyebabkan masyarakat dapat memroduksi dan mengonsumsi barang/jasa lebih banyak dibandingkan sebelumnya.

Ada tiga cara bagaimana teknologi bisa ditingkatkan dari waktu ke waktu, yaitu:
·         Mempercepat dan memperkuat kreativitas manusia. Masyarakat harus dibiasakan berpikir terbuka untuk berubah dan berkeinginan melawan kondisi status quo sehingga terbuka bagi penemuan teknologi baru;
·         Mengupayakan agar pasar modal berfungsi dengan baik. Mengimplementasikan ide menjadi penemuan baru merupakan proses yang tidak hanya mahal, tetapi juga berisiko sehingga harus tersedia instrumen yang mau membiayai bagi proses penemuan teknologi tersebut. Disini pemerintah dapat membantu dengan cara menciptakan kelembagaan yang memungkinkan pasar modal berfungsi dengan baik, misalnya melalui deposit insurance dan legislasi pengungkapan informasi; dan
·         Menciptakan lingkungan yang kompetitif sehingga menekan korporasi untuk secara terus-menerus memperbaiki produk-produknya atau sanggup mengambil risiko.
Schumpeter dengan konsep creative destructive, memiliki keberanian untuk merusak konsep lama dan digantikan oleh penciptaan ide atau konsep baru yang bertujuan menangkap peluang yang dibutuhkan konsumen, metode produksi dan transportasi baru, pasar baru, dan bentuk baru dari organisasi industrial.
Peran kelembagaan adalah mendesain aturan yang membuat perusahaan mempunyai insentif untuk melakukan proses “perusak kreatif”, yang pada akhirnya berimplikasi pada penemuan teknologi baru dan memicu pertumbuhan ekonomi seperti ditunjukkan pada bagan berikut ini.

Sayangnya, negara berkembang kesadaran meletakkan aspek penelitian dan pengembangan masih sangat rendah, sehingga pada level perusahaan komitmen untuk mengerjakan hampir tidak terlihat. Akibat dari hal itu, perekonomian negara berkembang selalu tergantung kepada negara maju karena kemampuan teknologinya yang rendah. Jalur inilah yang kemudian mengabadikan proses eksploitasi pasar negara berkembang oleh negara maju melalui penetrasi ekonomi.
Hal lain yang bisa dilakukan oleh negara berkembang adalah membenahi sektor pendidikan. Pendidikan merupakan elemen kunci bagi percepatan pengembangan teknologi. Ada dua aspek yang bisa dilakukan pemerintah pada sektor pendidikan, yaitu:
·         Memberikan kebebasan akademik yang luas sehingga manusia yang bekerja di sektor pendidikan memiliki ruang dan keberanian untuk melakukan eksperimen-eksperimen baru, termasuk penelitian terhadap isu-isu tertentu yang dianggap sensitif oleh pemerintah; dan
·         Meningkatkan anggaran sektor publik (sektor pendidikan) sehingga kesempatan penduduk memeroleh akses terhadap pendidikan semakin besar. Dengan didistribusi akses terhadap pendidikan yang merata, kesempatan penduduk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kian besar sehingga menjadi sumber penemuan ide atau teknologi baru.
C.   Hierarki dan Struktur Kepemilikan Korporasi
Terdapat tiga pendekatan yang berbeda dalam organisasi ekonomi, yaitu teori hak kepemilikan, teori agensi/desain mekanisme, dan biaya transaksi.

Bagan diatas menjelaskan klasifikasi dari teori organisasi ekonomi yang secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu, kontraktual dan non-kontraktual. Aliran kontraktual  dibagi menjadi empat klasifikasi lebih kecil, yaitu tiga sudah dijelaskan diatas ditambah pendekatan pilihan publik. Sampai sini, pendekatan klasik ditolak karena tiga asumsinya yang salah, yaitu:
·         Batas-batas perusahaan dianggap given;
·         Hak kepemilikan diasumsikan telah terdefinisikan dengan baik; dan
·         Pertikaian/pengingkaran kontrak bisa diselesaikan dengan lancar tanpa biaya melalui pengadilan.
Dalam praktik organisasi ekonomi, Hage dan Finsterbusch mengidentifikasikan empat model organisasi yang efektif untuk diterapkan, yaitu:
·         Model birokrasi-mekanik, model ini cocok untuk produksi dengan teknologi sederhana dalam pasar yang besar yang menekankan pada produktivitas, efisiensi, dan produksi massal dengan modal yang insentif.
·         Model profesional-organik, model ini cocok untuk produksi dengan teknologi kompleks dalam pasar yang kecil yang menekankan pada inovasi, kualitas produk, dan jasa yang dibutuhkan.
·         Model kerajinan tradisional, model ini cocok untuk produksi dengan teknologi sederhana dan pasar yang kecil.
·         Model perpaduan organik-mekanik, model ini cocok untuk produksi dengan teknologi kompleks dan pasar yang besar yang menekankan pada efisiensi dan inovasi, kuantitas dan kualitas, serta jasa dari beragam konsumennn dan produktivitas.
D.   Tata Kelola Perusahaan dan Restrukturisasi Korporasi
Tiga faktor dalam tata kelola perusahaan yaitu independensi direksi, kepemilikan lembaga, dan kehadiran pemegang saham mayoritas. Independensi yang lebih besar, kepemilikan lembaga yang terbatas, dan pemegang saham yang tersebar diandaikan sebagai syarat bagi berjalannya tata kelola yang baik.
Isu tata kelola korporasi sendiri muncul dalam organisasi pada dua kondisi, yaitu ada masalah tentang agensi (pemilik, manajer, pekerja, atau konsumen) atau biaya transaksi (bila masalah agensi tidak dilakukan melalui kontrak). Di dalam konteks tata kelola korporasi, salah satu isu penting adalah mekanisme untuk mengontrol manajemen. Ada beberapa mekanisme untuk mengontrol manajemen dalam tata kelola korporasi:
·         Model komisaris (the board of directors model): pemegang saham memilih komisaris bertindak mewakili kepentingan mereka, dan badan ini sebaliknya memonitor manajemen puncak dan meratifikasi keputusan penting.
·         Model perjuangan perwakilan (proxy fights model): jika kinerja anggota komisaris cukup buruk maka pemegang saham dapat menggantinya.
·         Model pemegang saham besar (large shareholders model): pemegang saham kecil memiliki sedikit insentif untuk memonitor manajemen/meluncurkan model perjuangan perwakilan.
·         Model pengambilan paksa (hostile takeovers model): pengambilalihan paksa pada prinsipnya merupakan mekanisme yang jauh lebih kuat untuk mendisiplinkan manajemen, karena model ini memungkinkan seseorang yang berhasil mengidentifikasi kinerja perusahaan kurang baik akan mendapatkan penghargaan yang besar.
·         Model struktur keuangan (financial structure model): adanya insentif yang diberikan melalui struktur keuangan korporasi, khusunya pilihan perusahaan dalam melakukan utang.
Bagan dibawah ini menjelaskan dinamika perubahan korporasi:

Intinya, jika kinerja suatu korporasi buruk, maka yang harus dilakukan adalah mengintensifkan pengawasan. Apabila masih terjadi kesalahan, maka dilakukan rekontruksi dan mengembangkan strategi baru. Namun jika masih tidak berhasil juga, maka akan dilakukan transformasi asumsi dan keyakinan sebagai basis nilai korporasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#KUIS

Kesan dan Pemikiran dalam Ekonomi Kelembagaan Terkait dengan Cara Berpikir dalam Melihat Permasalahan Ekonomi Ekonomi kelembagaan meru...