Senin, 05 November 2018

#9 Teori Perubahan Kelembagaan



Kelembagaan bersifat dinamis sesuai dengan interaksi ekonomi yang mempertemukan antarkepentingan yang disebabkan oleh berubahnya nilai-nilai dan kultur masyarakat seiring dengan perubahan masa. perubahan kelembagaan memiliki dua dimensi:
a.    Perubahan konfigurasi antarpelaku ekonomi akan memicu terjadinya perubahan kelembagaan. Perubahan kelembagaan dianggap sebagai dampak dari perubahan (kepentingan/konfigurasi) pelaku ekonomi.
b.    Perubahan kelembagaan sengaja didesain untuk mempengaruhi (mengatur) kegiatan ekonomi. Kelembagaan ditempatkan secara aktif sebagai instrumen untuk mengatur kegiatan ekonomi.    

A.   Perubahan Kelembagaan dan Transformasi Permanen
Perubahan kelembagaan di dalam masyarakat berarti terjadinya perubahan di dalam prinsip regulasi dan organisasi, perilaku, dan pola-pola interaksi. Arah perubahan menuju peningkatan perbedaan prinsip-prinsip dan pola-pola umum di dalam kelembagaan yang saling berhubungan, dan pada waktu yang bersamaan terdapat peningkatan kebutuhan untuk melakukan integrasi di dalam sistem sosial yang kompleks. Dalam posisi ini, perbedaan dan integrasi merupakan proses pelengkap.
Tujuan utama dari setiap perubahan kelembagaan adalah untuk menginternalisasikan potensi produktivitas yang lebih besar dari perbaikan pemanfaatan sumber daya yang kemudian secara simultan menciptakan keseimbangan baru.
Perubahan kelembagaan dapat dianggap sebagai proses terus-menerus yang bertujuan memperbaiki kualitas interaksi antarpelaku. Namun, pada sisi lain, rekayasa sosial juga sangat mungkin dilakukan sebagai cara mengubah struktur ekonomi, politik, hukum, dan budaya agar berjalan ke arah yang diharapkan.
Lima proporsi yang mendefinisikan karakteristik dasar dari perubahan kelembagaan (North, 1995:23):
·         Interaksi kelembagaan dan organisasi yang terjadi secara terus-menerus di dalam setting ekonomi kelembagaan, dan kemudian diperkuat oleh kompetisi, merupakan kunci terjadinya perubahan kelembagaan;
·         Kompetisi akan membuat organisasi menginvestasikan keterampilan dan pengetahuan untuk bertahan hidup. Jenis keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan oleh individu atau organisasinya akan membentuk perkembangan persepsi tentang kesempatan dan kemudian pilihan yang akan mengubah kelembagaan.
·         Kerangka kelembagaan mendikte jenis keterampilan dan pengetahuan yang dianggap memiliki hasil maksimum;
·         Persepsi berasal dari kontruksi/bangunan mental para pemain/pelaku;
·         Cakupan ekonomi, komplementaritas, dan eksternalitas jaringan matriks kelembagaan menciptakan perubahan kelembagaan yang meningkat dan memiliki jalur ketergantungan.
Perubahan kelembagaan terjadi karena munculnya masalah kelangkaan dan perilaku individu yang sulit ditebak. Kelangkaan tidak sekedar persoalan keterbatasan sumber daya ekonomi yang tersedia, namun juga keterbatasan aturan main yang mengakibatkan pelaku ekonomi tidak memiliki akses melakukan transaksi secara sepadan.
Sedangkan menyangkut perilaku individu yang sulit dikontrol, masalah yang mengemuka adalah perilaku oportunisme, karena jika hal itu tidak dilakukan akan terdapat pihak lain yng dirugikan. Namun, di sisi lain, oportunisme juga bisa berlaku sebaliknya yaitu memaksakan terjadinya perubahan kelembagaan agar terdapat ruang untuk memetik keuntungan yang lebi besar. Hal ini dapat berlangsung bila kekuatan antarpelakuekonomi bersifat asimetris.
Perubahan kelembagaan bisa pula muncul dari perubahan tuntutan pemilih atau perubahan kekuasaan pemasok kelembagaan, yaitu aktor pemerintah. Perubahan kelembagaan dari sisi permintaan merupakan hasil dari pertarungan antarpelakunya, sedangkan perubahan kelembagaan dari sisi penawaran merupakan hasil regulasi dari pihak-pihak yang memiliki otoritas.
Menurut North, dua faktor utama sebagai cara untuk memahami  dinamika perubahan kelembagaan:
·         Perubahan kelembagaan sebagai hubungan simbiotik antara kelembagaan dan organisasi yang mengelilingi di sekitar struktur insentif yang disediakan oleh kelembagaan. Organisasi bersifat optimis untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Tantangan mendasar dalam menciptakan kelembagaan yang efisien, yakni menyingkirkan aspek-aspek informal dengan halangan formal dan menciptakan serta merawat kebijakan yang akan mendukung tercapainya kelembagaan yang efisien. Dengan yakin bahwa masyarakat menilai suatu sistem tersebut adil, kemudian meminjamkan stabilitas informal ke peraturan formal sehingga akan mengurangi masalah tindakan kolektif.
·         Perubahan kelembagaan sebagai proses umpan balik dimana individu merasa dan bereaksi terhadap perubahan berbagai kesempatan. Kebutuhan terhadap adanya transparansi dan akuntabilitas dana dalam rangka mengurangi biaya informasi pemilih.

B.   Perubahan Kelembagaan dan Kelompok Kepentingan
Terdapat dua cara untuk menganalisis perubahan kelembagaan, yaitu:
·         Melihat perubahan kelembagaan dari aspek biaya dan manfaat dan meyakini bahwa kekuatan motif dapat membangun kelembagaan yang lebih efisien (Teori Naif). Berfokus pada hasil perubahan kelembagaan dan menyatakan bahwa kelembagaan yang efisien bisa muncul secara otomatis walaupun semu.
·         Melihat perubahan kelembagaan sebagai hasil dari perjuangan antara kelompok-kelompok kepentingan (Teori Kelompok Kepentingan). Berfokus pada proses yang mendorong ke arah perubahan kelembagaan tersebut.
Menurut North (1971) ada empat hal yang membuat individu/kelompok berusaha mengubah kesepakatan kelembagaan atau lingkungan kelembagaan:
·         Perubahan harga relatif dalam jangka panjang bisa mendorong ke peningkatan aktivitas ekonomi tertentu atau membuat aktivitas ekonomi baru. Jika kelembagaan ekonomi yang sedang berjalan tidak cocok untuk meningkatkan atau menciptakan aktivitas ekonomi baru, maka orang-orang akan memiliki rangsangan untuk melakukan perubahan kelembagaan.
·         Kesempatan teknologi baru bisa menciptakan pendapatan yang potensial, yang hanya dapat ditangkap jika kelembagaan ekonomi yang sedang berjalan dapat diubah. Sumber perubahan kelembagaan ini terkait dengan poin 1, karena perubahan harga relatif dalam jangka panjang merupakan alasan utama untuk mengadopsi kesempatan teknologi baru di dalam kegiatan ekonomi.
·         Kesempatan dalam mencari rente dapat memicu kelompok kepentingan melakukan perubahan guna menyelesaikan sewa dan redistribusi pendapatan sesuai keinginan.kesempatan ini bisa muncul karena terjadinya perubahan dalam sistem ekonomi.
·         Perubahan dalam sikap kolektif, bisa menyebabkan perubahan kelembagaan.
Terdapat empat fase/model perubahan kelembagaan dalam konteks historis:
·         Perubahan spontan dan tidak berlanjut oleh revolusi dan penaklukan;
·         Perubahan spontan dan inkremental dari pemanfaatan tradisi dan perilaku umum;
·         Perubahan inkremental oleh proses pengadilan dan evolusi undang-undang umum;
·         Perubahan inkremental yang dilakukan oleh imperialis, birokrasi, atau politik.
Model perubahan kelembagaan dapat dideskripsikan sebagai proses interaksi antara dua entitas: wirausahawan ekonomi dan wirausahawan politik. Pada model ini, agen dengan kekuasaan pengambilan keputusan yang mengatasi perubahan kelembagaan disebut political entrepreneurs dan agen menjadi subjek dari perubahan kelembagaan disebut economic entrepreneurs.
Dua tipe perubahan kelembagaan:
·         Perubahan kelembagaan terinduksi, merupakan modifikasi/penggantian kesepakatan kelembagaan yang telah ada atau menambahkan/menggabungkan kesepakatan kelembagaan baru yang dieksekusi, diorganisasi, dan diinisiasi secara sukarela oleh individu/kelompok untuk menyikapi kesempatan-kesempatan yang bisa memberikan keuntungan.
·         Perubahan kelembagaan dipaksakan, sama seperti sebelumnya namun dieksekusi dan diinisiasi oleh tata pemerintahan atau hukum.         

C.   Alat Ukur dan Variabel Perubahan Kelembagaan
Dalam konteks perubahan kelembagaan, diperlukan alat ukur dan variabel-variabel yang terfokus sehingga memudahkan setiap pengambil kebijakan merumuskan jenis kelembagaan yang dibutuhkan. Pada negara yang sedang melakukan proses transisi/reformasi ekonomi, terdapat variabel makrodan mikro untuk mengukur keberhasilan kinerja perekonomian.
Pada level makroekonomi, setidaknya ada lima isu penting yaitu kontrol terhadap inflasi, pengurangan defisit anggaran, stabilisasi nilai tukar mata uang, intensitas perdagangan internasional, dan peningkatan investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Pada level mikro yaitu liberalisasi harga, privatisasi, pengembangan pasar modal, penciptaan sistem hukum untuk menegakkan hak kepemilikan, dan mempromosikan kompetisi.
Target Ekonomi, Tindakan, dan Kelembagaan pada beberapa level, tersaji seperti pada tabel berikut:
Aspek/Level
Makro
Mikro
Meso
Target
Stabilitas
Efisiensi
Inovasi
Variabel kunci
Uang, nilai tukar
Harga
Pengetahuan
Tindakan
Manajemen negara
Pilihan individu
Interaksi
Kelembagaan formal
Bank sentral, kewenangan anggaran negara
Hak kepemilikan, aturan keluar dan masuk pasar
Infrastruktur, sistem pendidikan, asosiasi perdagangan
Kelembagaan informal
Reputasi, konsensus sosial terhadap cara pandang perilaku
Tata kelola perusahaan, perilaku rasional individu
Sikap terhadap risiko, faktor mobilitas, perilaku menabung

Pada level makro harus terdapat peraturan yang tegas berkenaan dengan fungsi dan kewenangan bank sentral serta pemberdayaan anggaran negara untuk mendukung kegiatan perekonomian. Sedang pada level mikro, perubahan kelembagaan formal yang dibutuhkan adalah hukum mengenai hak kepemilikan sehingga terdapat kepastian berusaha serta pedoman ke luar dan masuk bagi individu-individu yang bertransaksi di pasar dengan target menurunkan biaya transaksi.
Dalam terminologi ekonomi, pranata faktor-faktor produksi tersebut adalah kelembagaan yang mengatur interaksi antara pemilik modal, tanah, dan tenaga kerja. Persoalannya adalah ketika inovasi produksi terjadi, pembagian keuntungan atas kegiatan ekonomi selalu tidak bisa jatuh secara proporsional kepada masing-masing pemilik faktor produksi sepanjang pranata kelembagaan faktor-faktor produksi tidak mendukung hal itu. Marx berkesimpulan bahwa perkembangan infrastruktur (inovasi teknologi/produksi) selalu tidak diikuti dengan penataan superstruktur (faktor-faktor produksi) dimana hal itu berlangsung terus sepanjang usia peradapan ini.
Dalam masyarakat modern sifat hubungan antarindividu lebih banyak ditentukan oleh variabel spesifisitas, pencapaian, dan universalisme. Spesifisitas berarti pembagian kerja ditentukan oleh kemampuan/ketrampilan spesifik yang dipunyai oleh individu. Pencapaian dimaksudkan bahwa individu memeroleh posisi/karir karena prestasi dan ketrampilan yang dipunyai. Universalisme berarti semua individu atau anggota organisasi bertindak berdasarkan regulasi dan aturan main yang sama. Variabel-variabel itulah yang bisa didesain sebagai sumber informal dari perubahan kelembagaan, seiring dengan perkembangan konomi yang menghendaki adanya efisiensi.
D.   Organisasi, Pembelajaran , dan Perubahan Kelembagaan
Dalam konteks ekonomi, perubahan kelembagaan selalu dikaitkan dengan atribut keuntungan yang bakal dinikmati oleh pelaku yang terlibat di dalamnya. Perubahan kelembagaan memiliki keuntungan bagi masyarakat jika biaya-biaya yang muncul akibat perlindungan hak-hak lebih kecil ketimbang penerimaandari alokasi sumber daya yang lebih baik. Apabila biaya yang muncul terlalu tinggi, diperlukan langkah untuk mendesain kelembagaan nonpasar dalam rangka mencapai alokasi sumber daya yang lebih efisien. Salah satu kelembagaan nonpasar datang dari pemerintah/negara. Dalam posisi ini pemerintah mengintroduksi kebijakan yang bisa memengaruhi aktivitas ekonomi.
Menurut Coase, pasar dan organisasi merupakan dua tipe ideal koordinasi dalam proses transaksi pertukaran. Pasar yang ideal dikarakteristikan oleh harga sebagai kecukupan statistik bagi sumber pengambilan keputusan individu. Sebaliknya, organisasi yang ideal dicirikan sebagai keseluruhan bentuk koordinasi transaksi yang tidak menggunakan instrumen harga untuk mengomunikasikan informasi diantara pelaku-pelaku transaksi.
Bagan berikut menunjukkan model koordinasi, dengan meletakkan informasi sebagai variabel yang harus dikoordinasikan dalam kegiatan atau transaksi ekonomi.
Dalam konteks perubahan kelembagaan, koordinasi tersebut juga bisa menggunakan kelembagaan pasar dan organisasi. Pasar akan menuntun proses perubahan kelembagaan berdasarkan kepentingan ekonomi spontan dari masing-masing pelakunya. Sistem insentif diperoleh setiap pelaku sehingga mereka bereaksi apabila terdapat ruang mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Sedangkan organisasi akan memandu proses perubahan kelembagaan berbasiskan kesamaan tujuan dari individu-individu yang tergabung di dalamya.
Di samping itu, koordinasi dengan basis organisasi juga membutuhkan hal lain yang penting dalam proses perubahan kelembagaan, yakni pembelajaran. Insentif untuk mendapatkan pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh struktur penghargaan dan hukuman yang memiliki nilai material. Artinya pengetahuan dipahami sebagai upaya pembelajaran yang bermanfaat bagi pengembangan organisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#KUIS

Kesan dan Pemikiran dalam Ekonomi Kelembagaan Terkait dengan Cara Berpikir dalam Melihat Permasalahan Ekonomi Ekonomi kelembagaan meru...